MAKALAH
“BELAJAR”
Disusun
Oleh :
1. Alik
Rusmiati (2011.4.054.0001.1.02237)
2. Eka
Mukti Wijayanti
(2011.4.054.0001.1.02247)
3. Lailiya (2011.4.054.0001.102270)
4. Niken
Eka P. (2011.4.054.0001.102376)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan nsure yang sangat pundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarganya sendiri
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru. Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru. Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
B.Rumusan masalah
·
Bagaimana definisi belajar ?
·
Apa maksud dari belajar, Memori, Serta Pengetahuan Dalam
Perspektif Psikologi Dan Agama ?
·
Bagaimana fase fase dalam belajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Definisi belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa
belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar. Orang yang beranggapan
demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan
oleh guru.
Di samping itu, ada pula yang
memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan
membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas bila anak-anak
mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu, walaupun
tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.Untuk
menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian
Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985)
dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses
adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang
relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang
tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam
definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya
sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan
perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1.Relatively permanent, yang secara
umum menetap
2.Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.Reinforce, yang diperkuat
4.Practice, Praktek atau latihan
Biggs dalam Pendahuluan teaching for
learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam Rumusan, yaitu Rumusan
kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.
Contoh Belajar :
Seorang anak balita memperoleh
mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba memainkan ini dengan cara memutar
kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku “memutar”
dan “meletakan” tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan yang
timbul pada mainan itu.
Pada tahap permulaan, respon anak
terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau
setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan
dengan baik dan sempurna.
Sehubungan dengan contoh itu belajar
dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku
ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang
ada.
B.Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah
kunci) yang paling vital dalam setiap unsur pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan sebagai suatu proses, belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang Berkaitan
dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan
Karena demikian pentingnya arti belajar, maka
bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikanpun diarahkan
pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam menguasai prose
perubahan manusia itu.
Belajar memainkan peran penting
dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di
tengah-tengah persiapan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang
lebih maju karena belajar.
Dalam perspektif keagamaanpun
belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu
pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam
surat Al-Mujadalah ayat 11.
Seorang siswa yang menempuh proses
belajar yang ideal yaitu ditandai munculnya pengalaman-pengalaman psikologi
baru yang positif yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sikap, sifat
dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan destruktif (merusak)
C.Belajar, Memori, Serta Pengetahuan Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama
C.Belajar, Memori, Serta Pengetahuan Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama
1.Perspektif Psikologi
Menurut para ahli psikologi
pendidikan khususnya yang tergolong cognitifist (ahli sains kognitif) sepakat
bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan
sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi
dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem Penyimpanan
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia
Dalam otak kita ada yang dinamakan
skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan
pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Cultural
skema untuk menafsirkan mitos dan kepercayaan adat dan seterusnya.
Skema ini berada dalam sebuah
kumpulan yang disebut schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan
dalam sub sistem akal permanen manusia.
Menurut Best (1987) setiap informasi
yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh sub sistem akal pendek (short
term memory) terlebih dahulu di simpan sesaat atau Tepatnya lewat karena dalam
waktu sepersekian detik yang disebut sensory memory alias sensory register
yakni subsistem penyimpanan pada saraf indera penerima informasi dalam dunia
kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan
influsi ke otak.Ragam Pengetahuan Dan Memory
Ditinjau dari sifat dan cara
penerapannya, ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam, yakni; declarative
knowledge dan procedural knowledge (Best, 1989, Anderson, 1990).Pengetahuan
deklaratif dan prosedural proporsional ialah pengetahuan mengenai informasi
factual yang pada umumnya berfsifat statis-nomatif dan dapat dijelaskan secara
lisan isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep yang dapat ditularkan kepada
orang lain melalui ekspresi tulisan/lisan dengan demikian pengetahuan
deklaratif adalah knowing that atau “mengetahui bawah”.
Juga disebut state able concept and fact,
yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan (Evans,
1991)Sebaliknya pengetahuan prosedur adalah pengetahuan yang mendasari
kecakapan atau keterampilan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Namun,
pengetahuan didemonstrasikan dengan perbuatan nyata. Jadi, pengetahuan
prosedural lazim disebut sebagai knowing how atau “mengetahui cara” melakukan
sesuatu perbuatan pekerjaan dan tugas tertentu.
Selanjutnya ditinjau dari sudut
sejenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri
dari dua macam.
1.Semantic memory (memori semantic), yaitu memori khusus
yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian
2.Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus
yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
2.Perspektif Agama
Islam menurut Dr. Yusuf Al Qadrawi
(1984), adalah aqidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan
penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam Firman Allah SWT,
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan Kecuali Allah” (Surat Muhammad: 19)
a)Allah Berfirman, “….apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya
orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (Az-Zumar: 9)
b)Allah Berfirman, “Dan janganlah kamu membiasakan diri pada
apa yang kamu tidak ketahui….” (Al-Isra:36)
c)Dalam Hadits Riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah
SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan hanya
didapat melalui belajar….” (Qordhawi, 1989)
Ragam Alat Belajar
Ragam alat fisio-psikis itu, seperti
yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan adalah sebagai berikut:
1.Indera penglihat (mata) yakni alat
fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna
untuk menerima informasi verbal
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis
yang kompleks untuk menyerap, menyimpan dan memproduksi kembali item-item
informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis
itu dalam hubungan dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang
satu sama lain berhubungan secara fungsional
D.Teori-Teori Pokok Belajar
D.Teori-Teori Pokok Belajar
Secara pragmatis, teori belajar
dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang Berkaitan
dengan peristiwa belajar.
Di antara banyak teori yang
berdasarkan eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni;
Connectionism, classical conditioning dan operant conditioning.
1.Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism)
adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874,
1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an, eksperimen
Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena
belajar. Dalam eksperimen kucing itu atau puzzle box kemudian dikenal dengan
nama instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang
dikehendaki (Hintzman, 1978).
5
Berdasarkan eksperimen itu,
Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respon, itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond theory” dan
S-R psychology of learning”.Thorndik mengemukakan tiga macam hukum yaitu:
1.Law of effect yaitu jika sebuah respon menghasilkan efek
yang memuaskan hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat,
sebaliknya semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon
semakin lemah pada hubungan stimulus dan respon tersebut. Hukum inilah yang
mengilhami munculnya konsep reinforcer dalam teori operant conditioning hasil
penemuan B.F. Skimer
2.Law of readiness (hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya
hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan
conduction units (satuan perantaraan).
3.Law of exercise (hukum latihan) ialah generalisasi atau law of use dan law of disuse. Menurut Hilqaret dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut. Akan semakin kuat (law of use) dan sebaliknya jika perilaku tadi tidak akan sering dilatih maka akan terlupakan atau menurun (law of discuses).
2.Pembiasaan Klasik
3.Law of exercise (hukum latihan) ialah generalisasi atau law of use dan law of disuse. Menurut Hilqaret dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut. Akan semakin kuat (law of use) dan sebaliknya jika perilaku tadi tidak akan sering dilatih maka akan terlupakan atau menurun (law of discuses).
2.Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical
conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh
Ivan Povlo (1849-1936) seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol
hadiah Nobel pada tahun 1909.
Pada dasarnya classical conditioning
adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut 9terrace, 1973).
Dalam eksperimennya Pavlor menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioning stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR),dan Unconditioned response (UCR).
Dalam eksperimennya Pavlor menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioning stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR),dan Unconditioned response (UCR).
CS adalah rangsangan yang mampu
mendatangkan respon yang dipelajari CR adalah respon yang dipelajari itu
sendiri UCS adalah rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari UCR adalah respon yang tidak
dipelajar
3.Pembiasaan Perilaku Respon
Teori pembiasaan perilaku respon
(operant conditioning) penciptanya bernama Burhus Fredic Skimer (lahir tahun
1904) seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema yang
mewarnai karyanya adalah bahwa tingkah kaku itu terbentuk oleh
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno,
1987)
Operant adalah sejumlah perilaku
atau respon yang membawa efek yang sama terhadap tingkah lingkungan yang dekat
(Reber, 1988)
4.Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah
bagian terpenting bagi sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang
sangat berarti dalam perkembangan psikologi. Pendidikan sains kognitif
merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu
komputer, linguistik, intelegensi buatan matematika, epistemology dan
neuropsychological/ psikologi syaraf.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
E.Proses dan Fase Belajar
1.Definisi proses Belajar
Proses dari bahasa latin
“processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses
adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
2.Fase-Fase dalam proses Belajar.
Menurut Jerome S. Bruner, salah
seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga
episode atau fase.
a.Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya
psychology of learning, setiap proses belajar
selalu berlangsung dalam 3 tahapan.
a.Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Islam
memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong,
tidak berilmu pengetahuan akan tetapi Tuhan memberi potensi yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam
belajar, dengan kemampuan berubah itu manusia secara bebas dapat
mengeksplorasikan, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
kehidupannya.
Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Akibat Persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.
Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Akibat Persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.
Meskipun
ada dampak negatifnya dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan
belajar memiliki arti penting alasannya belajar berfungsi untuk mempertahankan
kehidupan manusia artinya dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok
manusia tertindas itu dapat digunakan untuk membangun benteng petahanan.
Selanjutnya
dalam persfektif Keagamaan belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajatnya meningkat seperti dijelaskan
dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya “……niscaya Allah akan
meningkatkan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu”.
Ilmu dalam hal ini harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan jaman
dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Rachman,
Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7
Degeng,
S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel , Jakarta, Depdikbud.
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id
Hasan, S. Hamid. 2000. Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya
Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD.
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id
Hasan, S. Hamid. 2000. Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya
Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar